Bisa dibilang trip ke Banda Naira ini adalah “my highlight trip of the year” – “highlight gue adalah trip yang durasinya paling panjang dan umumnya, paling costly selama sepanjang tahun. Setelah di tahun-tahun sebelumnya“highlight trip” gue mendamparkan diri di negeri orang, kali gue mendamparkan diri di negeri sendiri, tepatnya di timur Indonesia.
Gue sering banget baca dan denger pengalaman para traveler baik lokal maupun internasional yang bilang bahwa Indonesia Timur adalah tempat yang cantiknya ngga nahanin. Setelah memantapkan hati dan menyiapkan dompet tentunya, dengan perasaan penasaran akan Indonesia Timur dan tentunya semangat karena di-iming-imingi dengan tambahan 10 dive log selama di Banda Naira, akhirnya gue memutuskan untuk bener-bener berangkat.
Plan dive trip ke Banda Naira ini dimulai dari tanggal 23 Agustus 2012 sampai dengan 29 Agustus 2012. Menuju Banda Naira dari Jakarta, harus naik pesawat ke Ambon baru deh dari Ambon lanjut ke Banda Naira dengan pesawat perintis. Selama di Banda Naira, kita dapet schedule diving 10 kali, which means 3 sampai 4 kali diving per hari. Seru kan? Pastinyaaaa...
Setelah booking cuti sampai 5 hari setelah cuti bersama lebaran siap lah gue menjalani petualangan baru ini. Banda Naira, HERE I COME!
Gue dan Priska dari Dive Indonesia (sekaligus teman yang "meracuni" gue untuk diving :D) tiba di bandara Soekarno-Hatta sekitar jam 5 pagi, karena flight kita berangkat sekitar jam 06.15. Sampe di bandara, kita langsung bersua dengan Mas Arip yang juga bakal berangkat bareng ke Ambon dengan flight yang sama dengan kita.
Check-in, masukin barang ke bagasi, bayar airport tax...all checklist done! saatnya menuju ke boarding room sampai waktu terbang tiba. Gue itu bukan morning person, jadi...bangun subuh-subuh itu adalah hal paling terakhir yang akan gue lakukan karena mood gue bisa cranky banget kalo kurang tidur, hehehe. KECUALI kalo pas nge-trip, baru deh gue rela bangun pagi. Dan satu-satunya cara yang biasa gue lakukan untuk menebus jam tidur yang hilang adalah TIDUR di pesawat selama di perjalanan, itulah yang gue lakukan selama 5 jam perjalanan dari Jakarta menuju Ambon. Satu jam Jakarta - Surabaya dan empat jam Surabaya - Ambon.
Untuk flight menuju Ambon sendiri, setau gue hanya ada dua flight per harinya apapun maskapainya dan umumnya, pake transit dulu. Flight yang gue pakai kali ini adalah Batavia Air,transit di Surabaya. Perlu gue jelaskan juga, harga flight itu mudah berubah-ubah dan kadang selisihnya bisa lumayan banget antara satu maskapai dengan maskapai yang lain. Seriusan deh. Ini yang terjadi sama gue juga.
Waktu gue ngecek harga tiket untuk ke Ambon di bulan Juli, harga tiket paling murah adalah Batavia Air dengan flight jam 6 pagi dan beberapa hari sebelum gue berangkat, harga tiket paling murah dari Batavia Air adalah flight jam 4 pagi dan malah ada maskapai lain dengan jam flight yang sama dan selisih harga sekitar seratus ribu lebih. *glek* -- memang maskapai-maskapai ini lagi pada labil semuaaaa! Hiks! Jadi, mendingan make sure berkali-kali deh sebelum bener-bener mesen tiket.
Gue, Priska dan Mas Arip tiba di Bandara Pattimura, Ambon sekitar jam satu siang dengan selisih waktu dua jam antara Jakarta dengan Ambon. Di bandara, kita ketemu sama sisa rombongan ke Banda Naira alias Team Banda, yaitu Mas Boy dan Didi, mereka berdua tiba lebih dulu dengan menggunakan maskapai yang berbeda. Setelah makan siang di restoran yang ada di bandara, kita langsung mencari transit hotel terdekat untuk nge-drop barang-barang sebelum lanjut menjelajahi Ambon Manise.
Kenapa kok menjelajah Ambon Manise? Kapan ke Banda-nya?
Sabar, sabar sodara-sodara sekalian. Jadi, pesawat untuk ke Banda Naira hanya ada 3 kali per minggunya yaitu di hari Rabu, Kamis dan Jumat dengan satu kali penerbangan per harinya dan umumnya di pagi hari. Mengingat kondisi itulah, kami memutuskan untuk ke Ambon tanggal 23 Agustus (hari Selasa) dan mengambil flight ke Banda Naira tanggal 24 Agustus (hari Rabu). Jadi, kita punya waktu sehari untuk keliling-keliling Ambon bersama dengan Bp. Farouq, orang dari travel agent lokal yang menjadi pemandu kita sepanjang hari itu. *nyengir bahagia*
AKHIRNYA GUE NYAMPE JUGA DI AMBON, CUY!!!!! *joged-joged*
DESA WAAI
Air sungai yang menjadi habitat untuk belut-belut raksasa ini sangat jernih dan juga dihidupi oleh sejumlah ekor ikan mas yang berukuran besar, entah ikan mas ini memang sudah menjadi penghuni dari sungai tersebut sejak lama atau sengaja dipelihara, kami tidak sempat bertanya.
Untuk melihat belut raksasa ini tidak dipungut biaya, namun sebaiknya kita memberikan semacam “ucapan terima kasih” kepada pak kuncen seberapapun kita relanya.
PANTAI NATSEPA
GONG PERDAMAIAN, GEREJA KATEDRAL DAN PATUNG KRISTINA MARTHA TIAHAHU
Cuaca hari itu, sedikit mendung-mendung bahagia dan bener aja, begitu kami jalan menuju salah satu landmark yang terkenal di kota Ambon yaitu Gong Perdamaian, gerimis mulai turun. Pada saat kita sampai, puji Tuhannya, gerimis pun berhenti.
Gong Perdamaian di Ambon merupakan Gong ke-35 yang ada di dunia, Gong Perdamaian didirikan sebagai simbol harapan akan perdamaian terjadi di seluruh dunia dan tentunya bagi kota Ambon, Gong Perdamaian ini memiliki arti khusus mengenai perdamaian terkait kerusuhan yang sempat terjadi disana. Harga tiket masuk ke Taman Pelita, tempat Gong Perdamaian itu berada adalah sebesar Rp 5000,00 per orang. Di seberang Taman Pelita juga terdapat patung dari Pattimura atau Thomas Matulessy, pahlawan nasional dari Ambon (denger-denger sih doi, masih leluhurnya Joshua Matulessy alias Jflow yang ganteng, pintar dan jago nge-rap itu *ehh malah salah fokus* :p).
Setelah berada disana, tiba-tiba gerimis turun kembali dan semakin lama semakin deras. Alhasil kami semua berlari-lari panik kembali ke mobil sambil sibuk melindungi kamera masing-masing dari air hujan yang turun dengan hebohnya.
Melanjutkan perjalanan dari Gong Perdamaian, hujan deras yang sempat turun ternyata tidak lama dan Pak Farouq-pun lalu membawa kami ke salah satu bangunan yang terkenal di Ambon, yaitu Gereja Katedral St. Fransiskus Xaverius, Ambon. Gereja Katedral tersebut merupakan bangunan katedral megah yang dihiasi oleh patung-patung orang suci, rasul dan Yesus di bagian depannya.
Pada dinding yang terdapat di luar Gereja Katedral tersebut terdapat relief kisah dari St. Fransiskus Xaverius yang merupakan pelopor iman katolik di Ambon. St. Fransiskus Xaverius berasal dari Spanyol dan tiba di Ambon pada tahun 1546. Kemegahan dari Gereja Katedral ini sangat luar biasa indahnya, sayang sekali kami tidak berkesempatan untuk melihat bagian dalam dari Gereja ini.
Satu hal di Ambon yang menarik untuk ditemui adalah, banyaknya jumlah gereja yang kami temui di sepanjang jalan. Tentunya hal ini tidak terlalu aneh mengingat memang mayoritas masyarakat di Ambon beragama Nasrani atau Katolik. Cuman ya bok, ga setiap beberapa meter juga kaliii ada gereja cyinnn! :p
Lepas dari mengunjungi Gereja Katedral St. Fransiskus Xaverius, kami lanjut menuju landmark lain yang terkenal di Ambon. Patung Christina Martha Tiahahu. Satu-satunya pahlawan wanita yang gue hafal banget namanya, soalnya doi satu-satunya yang fotonya ngga berkonde hehehe :D
Patung Christina Martha Tiahahu ini terletak di atas perbukitan Karang Tengah. Patung tersebut terlihat gagah berdiri dengan sosok Christina menggenggam sebuah tombak dan menatap lurus ke arah kota Ambon. Dari patung itu, kita bisa melihat pemandangan kota Ambon yang indah menghadap laut dengan jelas.
Tidak terasa waktu sudah cukup larut dan kami masih harus bangun pagi esoknya untuk terbang ke Banda Naira, sehingga setelah urusan kami selesai di Ambon City Center, kami bergegas pulang menuju hotel transit yang letaknya di dekat bandara. Perlu dicatat, jarak tempuh dari Bandara hingga ke Kota Ambon adalah sekitar satu jam. Yap, sejauh itu *senyum ngantuk*.
Begitu tiba di hotel transit, kami segera beberes, mandi dan siap untuk tidur nyenyak, karena besok pagi, perjalanan kami menuju Banda Naira akan dimulai. Sampai disini dulu cerita di Ambon, gue lanjut lagi ceritanya di post selanjutnya Perjalanan Ke Banda Naira di timur Indonesia (Bag. 2) - ngga mau kalah juga dong ama sinetron cyinnn, pake episode! ;)
4 comments:
nanya dong..
waktu yang paling baik keliling banda neira kapan ya?
gi ada promo batavia nih, pengen kesana bulan mei taun depan.. :)
hai hai...dirimu suka diving kah? kalau suka diving bulan2 september sampai november kata dive guidenya termasuk best season, tapi kalo untuk sekedar jalan2 aku suggest sih jgn pas musim ujan, karena pesawat dari ambon ke banda dan sebaliknya itu pesawat CASA jadi cukup tergantung sama cuaca dan berdasarkan pengalaman kemarin, spare 1 atau 2 hari dari flight banda ke ambon dgn flight ambon ke kota asal :D - hope it helps and do enjoy visiting Banda Neira :D
nona :) mau dong mau banget kesana .. bole minta info skalian ngobrol" gk..
klo bole by email ya :) edwardhadinata@yahoo.co.id
thx before GOD bless
hey hey, sure!
nanti aku email yahh.. :)
-kezia
Post a Comment