With the grand opening by one of the greatest hits from The Beatles : All You Need Is Love, I'm writing this post :)
Kenapa saya memilih lagu ini? Karena apa yang kita butuhkan sebagai seorang manusia adalah cinta dan kasih sayang. Jiaaaaaahhh...okay yang tadi itu sedikit lebay tapi fakta :D
Semalam saya sempat menonton acara Kick Andy Show di Metro TV (bukan iklan dan bukan blog berbayar :p), acara semalam membahas mengenai para pengidap gangguan kejiwaan yang disebut skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan dimana pengidapnya memiliki gejala seperti halusinasi (umumnya mendengar suara-suara), delusional, kemampuan berpikir dan berbicara yang tidak terorganisir, gangguan emosional, paranoia, kesulitan untuk memberikan respon normal terhadap suatu kondisi dan kecenderungan untuk mengisolasi diri dari lingkungan. Umumnya, pengidap skizofrenia mengalami kondisi lain seperti depresi akut, rasa cemas yang berlebihan yang dapat diakibatkan oleh permasalahan sosial seperti kehilangan pekerjaan, keputusasaan terhadap suatu kondisi, dsb. (referensi: wikipedia.com).
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh para ahli di acara Kick Andy Show semalam, satu hal yang mungkin terdengar klise tapi berdampak adalah: para pengidap skizofrenia membutuhkan orang-orang untuk mendampingi mereka dengan kesabaran, cinta dan kasih sayang yang membantu mereka untuk mandiri dan mampu kembali menjadi bagian di dalam masyarakat.
Hal yang paling menyedihkan bagi saya adalah ketika para pengidap skizofrenia ditanya mengenai perlakuan apakah yang paling menyakitkan yang pernah mereka terima, jawabannya adalah ejekan dan penolakan dari masyarakat. Diejek gila, ditertawakan dan diperlakukan secara tidak baik karena mereka dinilai berbeda.
Beberapa saat lalu, Kick Andy mengundang Pak Eng, seorang pengidap penyakit kulit dimana di tubuhnya terdapat banyak semacam daging tumbuh (mirip manusia akar yang sempat muncul di tv beberapa waktu silam, namun bukan kutil) sehingga wajah dan kondisinya mungkin tidak tampak sebersih orang-orang lain. Masalah yang dihadapi oleh Pak Eng pun kurang lebih sama yaitu penolakan dari lingkungan, sampai beliau tidak dapat melakukan pekerjaan apapun karena tidak ada yang mau menerimanya, bahkan menjual koran pun tidak bisa dia lakukan karena para calon pembeli takut melihat wajah dan penampilannya.
Saat itu Pak Eng tampil dengan didampingi oleh Zack Petersen, yang bekerja sebagai Head of CSR di Jakarta Globe. Saya sempat mention Zack di twitter yang kemudian di-reply olehnya dan pada reply itu Zack mengatakan harapannya bahwa semoga semua orang yang melihat acara Kick Andy mengenai Pak Eng belajar untuk menilai seseorang tidak hanya sekedar dari penampilannya atau apa yang terlihat oleh mata.
Seringkali tanpa kita sadari kita cenderung untuk menghindari dan bahkan menolak orang-orang yang berbeda dari kita, ketakutan umum manusia terhadap hal-hal yang mereka tidak mampu mereka mengerti dan pahami merupakan pemicu dari tindakan ini. Kebingungan kita terhadap hal-hal yang tidak kita pahami cenderung membuat kita memberikan reaksi yang ekstrim, alih-alih kita mencoba untuk duduk, diam dan memahami, kita cenderung menolak, membenci atau memberikan reaksi keras lainnya.
Saya pernah menuliskan di twitter mengenai pengidap HIV positif dan betapa efek dari virus itu akan menggerogoti daya tahan tubuh seseorang, saya menulis bahwa kita secara umum adalah ancaman bagi mereka, dibandingkan mereka ke kita, mengapa? karena daya tahan tubuh mereka yang lemah, contohnya: jika kita flu, bagi kita yang sehat, virus flu tidak akan membunuh kita, namun bagi pengidap HIV positif, virus flu dapa meningkatkan risiko kematian bagi mereka karena daya tahan tubuh mereka lebih lemah dari kita, dan dalam kondisi tersebut, apabila kita terkena flu dan berdekatan dengan mereka maka kitalah yang menjadi ancaman bagi mereka. Beberapa saat kemudian ada seorang teman yang membalas dan mengatakan suatu hal yang sangat "jahat" menurut saya. Dia mengatakan bahwa kalau begitu setiap kali dia bersin maka setiap satu orang pengidap HIV positif bisa mati dan dia mengatakan bahwa kalau begitu dia bersin-bersin aja sekalian biar mereka semua mati.
Saya tidak tahu ngga tau apakah dia cuma bercanda atau hanya sekedar sinis, tapi buat saya itu sesuatu yang menunjukkan bagaimana cara pandang dia terhadap pengidap HIV positif. Karena sebal saya harus menahan diri untuk tidak menyumpahi dia supaya dia mengalami hal yang sama dengan rekan-rekan yang mengidap HIV positif supaya dia mengerti rasanya hidup dalam kondisi seperti itu. Memang sebagian besar pengidap HIV positif memiliki pola hidup yang salah di masa lalu sehingga mereka mengidap virus tersebut namun ada juga pengidap HIV positif yang terjangkit karena hal-hal lain yang bukan merupakan perbuatan mereka, tapi tetap, mereka masih manusia.
Pengidap penyakit apapun, gangguan kejiwaan apapun atau berada kondisi apapun yang bertentangan dengan kondisi yang pada umumnya dianggap "normal" tidak lantas menjadikan seseorang "kurang manusia" atau menurunkan nilai seseorang sebagai seorang manusia. Banyak orang berada di sebuah kondisi yang dianggap tidak normal dan dia bahkan tidak meminta berada di kondisi tersebut, bayangkan beratnya kehidupan mereka tanpa harus menanggung ejekan, kucilan dan penolakan dari orang lain.
Satu fenomena lain yang menarik saya temui di twitter akhir-akhir ini, fenomena yang disebut #terjajang. Hastag #terjajang ini muncul ketika sebuah akun yang "dinilai" alay dengan penggunaan kata yang sulit dipahami mendadak menjadi sebuah tren di twitter. Jajang sendiri, sebagai pemilik akun tidak dapat memahami apa yang terjadi sementara dia "dipermainkan" oleh penghuni twitter yang lain, hanya karena dia berbeda. Hal itu membuat saya bertanya-tanya, apakah kadar kekerenan seseorang akan meningkat drastis apabila dia bisa mengejek atau mengecilkan orang yang mungkin tidak seperti dirinya? Mungkin buat lucu-lucuan, mungkin buat bahan tertawaan, tapi pernahkah kita bertanya kepada yang bersangkutan apakah yang bersangkutan senang dijadikan bahwa tertawaan dan lucu-lucuan? Dan jika kita di posisi yang bersangkutan, apakah kita juga akan senang dan lantas juga akan tertawa? - jika dilihat dari tulisan-tulisan di twitter, you can obviously see that Jajang is just an angry young man that is very confused, doesn't anyone ever question what makes him tweeted such angry statements using angry words?
Para pengidap gangguan kejiwaan dan pengidap penyakit berat lainnya, umumnya membutuhkan dukungan dan kasih dari orang-orang terdekatnya. Mereka yang rela mendampingi dan bersabar untuk terus mendukung dan terus memberikan kasih sayang dan pengertian. Kesembuhan bukan sesuatu yang mustahil apabila mereka terus didukung oleh orang-orang yang memberikan mereka semangat dan kasih sayang yang tulus.
Saya sempat berbicara dengan salah seorang teman yang mengidap penyakit Psoriasis, yaitu penyakit gangguan kekebalan tubuh yang memiliki efek pada kulit, dimana penyakit tersebut dapat dengan mudah kumat apabila penderitanya berada dalam lingkungan yang membuat dia stress dan tertekan dan dari beberapa cerita rekan-rekan yang juga mengidap penyakit Psoriasis mereka juga mengalami penolakan dari masyarakat dan hal itu akan semakin memicu tingkat stress dan memperburuk kondisi mereka.
Ada sebuah istilah yang bilang what we don't know won't hurt us tapi saya bilang, what we don't know might make us hurt other people.
Saya pernah mengalami depresi, entah bisa dibilang akut atau tidak, tapi hal itu sempat membuat saya menjadi seorang cutter, orang yang memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri. Saya bergaul akrab dengan yang namanya cutter dan jika saya merasa depresi, saya cenderung menyakiti diri saya sendiri dengan melukai diri saya menggunakan cutter. Apa yang membuat saya bertahan dan akhirnya keluar dari situasi itu? Seorang sahabat baik saya yang perduli pada saya, yang rela mendengarkan saya berkeluh kesah selama berjam-jam dan selalu mendukung saya bahkan sempat menyita cutter saya :) - selain semacam kesadaran spiritual yang saya alami selama masa itu yang membawa saya mendekat pada Tuhan, sahabat saya lah yang termasuk berjasa untuk "menyelamatkan" saya. ITULAH sebabnya saya bisa bilang bahwa, dukungan, kasih sayang dan perhatian mampu menyelamatkan dan menyembuhkan banyak orang.
Saya nggak lantas bilang bahwa kita semua harus menjadi lembaga sosial tapi setidaknya sebelum kita menghakimi, menolak dan memberikan label pada orang lain ada baiknya kita berhenti sejenak dan mencoba memahami mereka. Beberapa orang mungkin terlihat berbeda dan dalam kondisi yang juga berbeda dari kita namun hey! mereka masih sama-sama manusia yang bernafas dan memiliki perasaan sama seperti kita :) - Jika seandainya saja, kita mau berhenti sejenak dan mengambil waktu untuk menempatkan diri kita di sepatu orang lain (tapi jangan sampe diambil sepatunya, ntar disangkain maling *ehh* :p)
Perbedaan dalam bentuk apapun seharusnya kita syukuri sebagai anugerah bukan hal yang lantas membuat kita membenci, mencurigai atau menolak satu sama lain. Termasuk di dalamnya perbedaan kepercayaan, perbedaan ras bahkan perbedaan dalam memilih orientasi seksual. Saya secara pribadi tidak setuju dengan gaya hidup gay dan lesbian, tapi bukan berarti saya lantas membenci mereka, mengejek atau menghakimi mereka hanya karena orientasi seksual mereka. It is not my rights to do that dan menurut saya mereka juga tidak layak untuk dijauhi dan dibenci hanya karena orientasi seksual mereka karena mereka juga manusia, punya perasaan, punya hati. Jika kita bisa hidup saling memahami dan mengurangi sedikit saja ego kita untuk mau duduk dan mendengarkan cerita dari orang-orang yang mungkin kita nilai berbeda dari kita, mungkin justru hidup kita yang akan semakin diperkaya, diperkaya dengan empati, dengan kasih dan dengan rasa bersyukur bahwa kita masih bisa dipakai untuk menolong dan mendukung mereka.
Saya percaya bahwa Tuhan dari agama dan kepercayaan manapun membawa satu pesan yang sama yaitu KASIH terhadap sesama dan jika ada pengikutNya yang melakukan hal yang bertentangan maka dapat dipastikan bahwa pesanNya tidak tersampaikan dengan baik sampai ke hati :). Saya percaya Tuhan mempercayai kita untuk menjadi agenNya di dunia ini, sehingga ketika kita bersedia membuka diri kita maka Dia akan memakai kita untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Untuk menutup post ini ijinkan saya mengutip Bunda Teresa yang mengatakan, "if you judge people, you have no time to love them." - so, lower down our guard for a moment and start loving :)
No comments:
Post a Comment