Friday, March 16, 2012

secangkir kopi dan sebatang rokok.

hembusan asap rokok membuatnya terbatuk sejenak namun itu tidak membuat Ariana berhenti mengamati laki-laki yang duduk di hadapannya.

dua cangkir yang berisi kopi dan teh panas dengan asap mengepul terhidang di hadapan mereka.

"menjadi fotografer itu bak melukis di atas kanvas. obyeknya mungkin sama, tapi tidak semuanya mampu menghembuskan jiwa ke dalamnya." 

laki-laki itu kembali menghembuskan asap rokoknya, menggedikkan abunya pada asbak di hadapannya sebelum mengangkat cangkir kopinya dan menyesapnya dengan khidmat.


"ahh, kopi medan ini enak sekali...kamu harus coba."

Ariana hanya tersenyum. kopi bukanlah minuman favoritnya, tidak juga asap rokok yang selalu membuatnya batuk, yang membuatnya bertahan hanyalah sosok di hadapannya. rasa penasarannya dan rasa kagumnya pada laki-laki itu seakan membuat dia melekat pada tempat duduknya. dari laki-laki itu Ariana serasa mendapatkan kepuasan akan rasa hausnya pada dunia fotografi yang baru digelutinya dua tahun terakhir ini. 


foto-foto yang ditunjukkannya selalu membuat tenggorokan Ariana tercekat, begitu indah, begitu nyata dan seakan selalu berbicara membisikkan rahasia. tak perduli apakah itu foto hewan, pemandangan alam, manusia maupun benda mati. rasanya begitu memandang setiap foto-foto yang dihasilkan laki-laki itu, Ariana hanya bisa terhenyak, masuk dalam dunia yang dibisikkan oleh masing-masing obyek di dalamnya.


"lalu, bagaimana aku bisa memasukkan jiwa ke dalamnya, mas?" tanya Ariana perlahan.


lelaki di hadapannya tertawa, matanya menyipit dan terlihatlah sebaris gigi yang sedikit menguning karena kebiasaannya merokok. entah mengapa, Ariana selalu menyukai ekspresi laki-laki itu saat tertawa.


sebelum menjawab, lelaki itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan-lahan.


"jawabannya ada pada hati, Ariana. jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan, jika kamu memandang obyek yang ada di hadapanmu melalui hatimu, maka kamu menghembuskan jiwa ke dalam karyamu."

Ariana mengerutkan keningnya. Lelaki di hadapannya seakan bisa membaca apa yang ada di benak Ariana, karena sejenak kemudian dia berkata,


"tidak usah dipikirkan. tapi dirasakan, biarkan hatimu yang menuntun apa yang mau kamu ceritakan pada dunia melalui foto-fotomu."


Ariana tertawa gugup, ia meraih cangkir teh dihadapannya yang sudah mulai mendingin lalu meminumnya.
  
"...tapi teknik-ku masih amatir, mas. masih jauh sekali dari mas." 


Lelaki itu menatap Ariana, menggedikkan rokoknya sekali lagi pada asbak di hadapannya.


"teknik itu bisa dipelajar seiring waktu, kamu cuma perlu jatuh cinta sama fotografi, jatuh cinta sampai gila rasanya, dengan demikian kamu tidak akan pernah berhenti belajar, tidak akan pernah berhenti mencoba memahami, mencoba mendengarkan sampai akhirnya kamu bisa melihat buah cintamu itu..."


Kembali lelaki itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan-lahan sementara Ariana hanya diam sambil mengamati lelaki itu, meresapi kekagumannya. Merasa diperhatikan, lelaki itu melihat ke arah Ariana. Gugup karena bertemu pandang, Ariana langsung menunduk dan berpura-pura mengaduk tehnya.

"satu hal yang kamu perlu perhatikan, Ariana. jangan pernah menganggap kamera itu sebagai alat, anggap dia matamu, bagian dari dirimu...maka kamu akan menghembuskan jiwa pada karya-karyamu...karena bagian darimu itu yang kamu berikan ke dalamnya.."


Lelaki itu menatap Ariana sambil tersenyum sebelum ia meraih cangkirnya dan meminum kopinya. 

"ngomong-ngomong, ayo kita pulang. tampaknya hari sudah mulai larut, aku sudah mengantuk. kamu juga, pulanglah, setelah seharian lelah bekerja, kamu butuh istirahat." 


Ariana mengangguk. Lelaki itu lalu memanggil pelayan cafe itu untuk meminta bon, menolak saat Ariana ingin membayar, melunasi semuanya lalu berdiri dari duduknya dan mulai berjalan keluar dari cafe. Ariana tergopoh-gopoh membereskan barang bawaannya sambil berusaha mengikuti lelaki itu.

sambil menatap punggung lelaki itu, Ariana tersenyum. dia bersyukur untuk waktu yang masih diberikan untuknya bersama lelaki itu. berbagi ilmu, berbagi cerita, berbagi keheningan. Ariana menikmati setiap waktunya bersama lelaki itu dan tau bahwa setiap dia pulang, pasti ada sesuatu yang didapatnya.

sampai lain waktu, mas. aku akan mengejar mas, suatu saat nanti, mas akan menatap hasil karyaku dan terbawa pada bisikan ceritanya...


No comments: