The Hunger Games is another movie made based on the best selling book with the same title written by Suzanne Collins. I haven't read the book so if I have to judge based on the movie, well, the movie has a predictable ending and plot. The actions are just okay and nothing is really great about the movie except for the eye-makeups -I'm totally blown away by Cinna's gold eyeliner and Katniss eye-makeup when she's crowned as the victor- and the gorgeous flame wardrobe wore by Katniss.
However there were two messages that totally caught my attention. It's about hope and about sticking to the values that you have. Let's talk about these two things (watch out! this might contain some spoilers)
1. HOPE
in the beginning of the movie, when Katniss was suppose to show her skill to the sponsors, she made an impressive move that led her to gain the highest score among the other tributes.
the president of the capitol then called the head game maker of the game, telling him that he should try to withhold himself not to give too much "hope" because hope is the only thing that can overcome fear.
and HOPE was indeed the only factor you need to win the hunger games. throughout the movie we can see how Katniss survived her life by relying on the hope she got from many sources including her wardrobe designer, Cinna and her trainer, Haymitch. it's great to have people who will believe in you and will always be there for you when you need them. it keeps the HOPE alive and thus, it will help you to overcome the fears in your life and help you to survive the hardships. so whatever come your way, don't ever give up and lose HOPE. it's the only thing that will help you to get through.
2. HOLDING ON TO YOUR VALUES
one thing that Peeta, Katniss' partner from district 12 hoped for was not to let the game changed who he really was and then in the end of the game, Katniss did something to show the capitol that they wouldn't play by the rule.
in life, we need to stand for ourselves and hold on to our values in life because if we don't hold on something, we'd fall for anything. everything and everyone around us can affect us, if we don't have the courage to stand our ground then no one else will do that for us.
honesty, integrity and endurance are hard to find nowadays. people would prefer to do everything the easy way and many of them are willing to do anything just to be accepted or to get what they want. that's the game the world is playing and if you don't play by the rule somehow you will get left out. those who do the right things will get through the hard things sometimes but the reaction they choose to do is what differ them and in the end they will reap what they sow.
don't give up in doing the right things, don't give up in being kind and don't give up in being loving because you will always reap what you sow. stand your ground and hold on to your values in life, they won't fail you.
Sunday, March 25, 2012
Saturday, March 24, 2012
To Those Who Can Always Make Me Laugh.
"Laughter is the best medicine in the world"
and I am so glad that I have good friends to make me laugh when the world is turning me down
this one is for you guys
.THANKS FOR BEING PART OF MY LIFE.
Friday, March 16, 2012
secangkir kopi dan sebatang rokok.
hembusan asap rokok membuatnya terbatuk sejenak namun itu tidak membuat Ariana berhenti mengamati laki-laki yang duduk di hadapannya.
dua cangkir yang berisi kopi dan teh panas dengan asap mengepul terhidang di hadapan mereka.
"menjadi fotografer itu bak melukis di atas kanvas. obyeknya mungkin sama, tapi tidak semuanya mampu menghembuskan jiwa ke dalamnya."
laki-laki itu kembali menghembuskan asap rokoknya, menggedikkan abunya pada asbak di hadapannya sebelum mengangkat cangkir kopinya dan menyesapnya dengan khidmat.
"ahh, kopi medan ini enak sekali...kamu harus coba."
Ariana hanya tersenyum. kopi bukanlah minuman favoritnya, tidak juga asap rokok yang selalu membuatnya batuk, yang membuatnya bertahan hanyalah sosok di hadapannya. rasa penasarannya dan rasa kagumnya pada laki-laki itu seakan membuat dia melekat pada tempat duduknya. dari laki-laki itu Ariana serasa mendapatkan kepuasan akan rasa hausnya pada dunia fotografi yang baru digelutinya dua tahun terakhir ini.
foto-foto yang ditunjukkannya selalu membuat tenggorokan Ariana tercekat, begitu indah, begitu nyata dan seakan selalu berbicara membisikkan rahasia. tak perduli apakah itu foto hewan, pemandangan alam, manusia maupun benda mati. rasanya begitu memandang setiap foto-foto yang dihasilkan laki-laki itu, Ariana hanya bisa terhenyak, masuk dalam dunia yang dibisikkan oleh masing-masing obyek di dalamnya.
"lalu, bagaimana aku bisa memasukkan jiwa ke dalamnya, mas?" tanya Ariana perlahan.
lelaki di hadapannya tertawa, matanya menyipit dan terlihatlah sebaris gigi yang sedikit menguning karena kebiasaannya merokok. entah mengapa, Ariana selalu menyukai ekspresi laki-laki itu saat tertawa.
sebelum menjawab, lelaki itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan-lahan.
"jawabannya ada pada hati, Ariana. jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan, jika kamu memandang obyek yang ada di hadapanmu melalui hatimu, maka kamu menghembuskan jiwa ke dalam karyamu."
Ariana mengerutkan keningnya. Lelaki di hadapannya seakan bisa membaca apa yang ada di benak Ariana, karena sejenak kemudian dia berkata,
"tidak usah dipikirkan. tapi dirasakan, biarkan hatimu yang menuntun apa yang mau kamu ceritakan pada dunia melalui foto-fotomu."
Ariana tertawa gugup, ia meraih cangkir teh dihadapannya yang sudah mulai mendingin lalu meminumnya.
"...tapi teknik-ku masih amatir, mas. masih jauh sekali dari mas."
Lelaki itu menatap Ariana, menggedikkan rokoknya sekali lagi pada asbak di hadapannya.
"teknik itu bisa dipelajar seiring waktu, kamu cuma perlu jatuh cinta sama fotografi, jatuh cinta sampai gila rasanya, dengan demikian kamu tidak akan pernah berhenti belajar, tidak akan pernah berhenti mencoba memahami, mencoba mendengarkan sampai akhirnya kamu bisa melihat buah cintamu itu..."
Kembali lelaki itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan-lahan sementara Ariana hanya diam sambil mengamati lelaki itu, meresapi kekagumannya. Merasa diperhatikan, lelaki itu melihat ke arah Ariana. Gugup karena bertemu pandang, Ariana langsung menunduk dan berpura-pura mengaduk tehnya.
"satu hal yang kamu perlu perhatikan, Ariana. jangan pernah menganggap kamera itu sebagai alat, anggap dia matamu, bagian dari dirimu...maka kamu akan menghembuskan jiwa pada karya-karyamu...karena bagian darimu itu yang kamu berikan ke dalamnya.."
Lelaki itu menatap Ariana sambil tersenyum sebelum ia meraih cangkirnya dan meminum kopinya.
"ngomong-ngomong, ayo kita pulang. tampaknya hari sudah mulai larut, aku sudah mengantuk. kamu juga, pulanglah, setelah seharian lelah bekerja, kamu butuh istirahat."
Ariana mengangguk. Lelaki itu lalu memanggil pelayan cafe itu untuk meminta bon, menolak saat Ariana ingin membayar, melunasi semuanya lalu berdiri dari duduknya dan mulai berjalan keluar dari cafe. Ariana tergopoh-gopoh membereskan barang bawaannya sambil berusaha mengikuti lelaki itu.
sambil menatap punggung lelaki itu, Ariana tersenyum. dia bersyukur untuk waktu yang masih diberikan untuknya bersama lelaki itu. berbagi ilmu, berbagi cerita, berbagi keheningan. Ariana menikmati setiap waktunya bersama lelaki itu dan tau bahwa setiap dia pulang, pasti ada sesuatu yang didapatnya.
sampai lain waktu, mas. aku akan mengejar mas, suatu saat nanti, mas akan menatap hasil karyaku dan terbawa pada bisikan ceritanya...
dua cangkir yang berisi kopi dan teh panas dengan asap mengepul terhidang di hadapan mereka.
"menjadi fotografer itu bak melukis di atas kanvas. obyeknya mungkin sama, tapi tidak semuanya mampu menghembuskan jiwa ke dalamnya."
laki-laki itu kembali menghembuskan asap rokoknya, menggedikkan abunya pada asbak di hadapannya sebelum mengangkat cangkir kopinya dan menyesapnya dengan khidmat.
"ahh, kopi medan ini enak sekali...kamu harus coba."
Ariana hanya tersenyum. kopi bukanlah minuman favoritnya, tidak juga asap rokok yang selalu membuatnya batuk, yang membuatnya bertahan hanyalah sosok di hadapannya. rasa penasarannya dan rasa kagumnya pada laki-laki itu seakan membuat dia melekat pada tempat duduknya. dari laki-laki itu Ariana serasa mendapatkan kepuasan akan rasa hausnya pada dunia fotografi yang baru digelutinya dua tahun terakhir ini.
foto-foto yang ditunjukkannya selalu membuat tenggorokan Ariana tercekat, begitu indah, begitu nyata dan seakan selalu berbicara membisikkan rahasia. tak perduli apakah itu foto hewan, pemandangan alam, manusia maupun benda mati. rasanya begitu memandang setiap foto-foto yang dihasilkan laki-laki itu, Ariana hanya bisa terhenyak, masuk dalam dunia yang dibisikkan oleh masing-masing obyek di dalamnya.
"lalu, bagaimana aku bisa memasukkan jiwa ke dalamnya, mas?" tanya Ariana perlahan.
lelaki di hadapannya tertawa, matanya menyipit dan terlihatlah sebaris gigi yang sedikit menguning karena kebiasaannya merokok. entah mengapa, Ariana selalu menyukai ekspresi laki-laki itu saat tertawa.
sebelum menjawab, lelaki itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan-lahan.
"jawabannya ada pada hati, Ariana. jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan, jika kamu memandang obyek yang ada di hadapanmu melalui hatimu, maka kamu menghembuskan jiwa ke dalam karyamu."
Ariana mengerutkan keningnya. Lelaki di hadapannya seakan bisa membaca apa yang ada di benak Ariana, karena sejenak kemudian dia berkata,
"tidak usah dipikirkan. tapi dirasakan, biarkan hatimu yang menuntun apa yang mau kamu ceritakan pada dunia melalui foto-fotomu."
Ariana tertawa gugup, ia meraih cangkir teh dihadapannya yang sudah mulai mendingin lalu meminumnya.
"...tapi teknik-ku masih amatir, mas. masih jauh sekali dari mas."
Lelaki itu menatap Ariana, menggedikkan rokoknya sekali lagi pada asbak di hadapannya.
"teknik itu bisa dipelajar seiring waktu, kamu cuma perlu jatuh cinta sama fotografi, jatuh cinta sampai gila rasanya, dengan demikian kamu tidak akan pernah berhenti belajar, tidak akan pernah berhenti mencoba memahami, mencoba mendengarkan sampai akhirnya kamu bisa melihat buah cintamu itu..."
Kembali lelaki itu menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya perlahan-lahan sementara Ariana hanya diam sambil mengamati lelaki itu, meresapi kekagumannya. Merasa diperhatikan, lelaki itu melihat ke arah Ariana. Gugup karena bertemu pandang, Ariana langsung menunduk dan berpura-pura mengaduk tehnya.
"satu hal yang kamu perlu perhatikan, Ariana. jangan pernah menganggap kamera itu sebagai alat, anggap dia matamu, bagian dari dirimu...maka kamu akan menghembuskan jiwa pada karya-karyamu...karena bagian darimu itu yang kamu berikan ke dalamnya.."
Lelaki itu menatap Ariana sambil tersenyum sebelum ia meraih cangkirnya dan meminum kopinya.
"ngomong-ngomong, ayo kita pulang. tampaknya hari sudah mulai larut, aku sudah mengantuk. kamu juga, pulanglah, setelah seharian lelah bekerja, kamu butuh istirahat."
Ariana mengangguk. Lelaki itu lalu memanggil pelayan cafe itu untuk meminta bon, menolak saat Ariana ingin membayar, melunasi semuanya lalu berdiri dari duduknya dan mulai berjalan keluar dari cafe. Ariana tergopoh-gopoh membereskan barang bawaannya sambil berusaha mengikuti lelaki itu.
sambil menatap punggung lelaki itu, Ariana tersenyum. dia bersyukur untuk waktu yang masih diberikan untuknya bersama lelaki itu. berbagi ilmu, berbagi cerita, berbagi keheningan. Ariana menikmati setiap waktunya bersama lelaki itu dan tau bahwa setiap dia pulang, pasti ada sesuatu yang didapatnya.
sampai lain waktu, mas. aku akan mengejar mas, suatu saat nanti, mas akan menatap hasil karyaku dan terbawa pada bisikan ceritanya...
Sunday, March 11, 2012
words : sword.
do you realize that words can be an anagram for sword? yes, this is a fun fact that somewhat concludes that words can also be as sharp as a sword.
have you ever met someone who speak only negative things that somehow it kills your spirit? or someone who always speak with harsh words to other people without even thinking that it might hurt? well, that's when words become sword.
words are sometimes things that people can easily said but rarely feel responsible for it.
words can build someone's life but words can also bring it down. thus, be really careful with your words, you wouldn't want to be the one who feel sorry just because you say the wrong words. people might forget what you said but they would never forget how it made them feel.
you might never care about what you say, you might say that "well, it's my right to say anything i want to say and i don't care about what other people might think about it." - true, you do have the right to say anything you want but you also have to be aware that whatever you say might come back to you in a pleasant or unpleasant way.
i've read some news about people who killed other people or did bad things just because of the bad things other people said to them. it means, not only your words have the impact to other people's lives but also to your own life. it's like a chain reaction, one thing leads into another thing.
other than that, what you say to yourself will also determine what kind of person you will be, because what you say to yourself is the way you are perceiving yourself and the thing you believe about yourself. thus, it is very important to always say positive and encouraging words to yourself because you will become what you believe you are.
Subscribe to:
Posts (Atom)