Setelah sekian lama tertunda marilah kita lanjutkan cerita perjalanan ke Banda Naira Bagian ke 2... :D
Selamat pagi dari Ambon!! Hari ini (Rabu, 24 Agustus 2012) kami akan menuju ke Banda Naira dengan menggunakan pesawat perintis CASA 212 dari Nusantara Buana Airlines (NBA).
Kami bangun jam 6 pagi waktu Ambon, karena flight dengan Nusantara Buana Airlines adalah pukul 8 pagi. Setelah mandi dan bersiap-siap kami menenteng semua barang bawaan dari hotel menuju bandara, berhubung jarak dari hotel transit yang kami tempati dengan bandara tidak begitu jauh, hanya sekitar 150 meter saja.
Oia, untuk semalamnya hotel transit ini men-charge harga sebesar Rp 130.000,00. Kamar ada yang menggunakan AC ada yang tidak menggunakan AC, yang tidak menggunakan AC tentunya harganya lebih murah. Namun, jangan dibayangkan bahwa hotel transit ini seperti hotel berbintang ya, bentuknya lebih menyerupai rumah kos-kosan dengan kamar-kamar sederhana tapi juga dengan kamar mandi di dalam.
Kami tiba di bandara sekitar pukul 7 pagi, namun hingga pukul setengah 8, check-in counter NBA masih belum dibuka juga (yeah yeah, talking about Indonesian time *rolling eyes*). Begitu counter dibuka kami langsung check-in, drop bagasi dan langsung menuju ruang tunggu. Airport tax untuk Bandara Pattimura lebih murah dibandingkan Airport tax di Bandara Soetta, yaitu hanya Rp 30.000,00 per orang namun baru sekali ini gue menemukan ada bandara yang juga menagih uang retribusi untuk bandara, memang sih jumlahnya hanya sebesar Rp 3000,00 per orang tapi selama ini belum pernah gue dipungut biaya retribusi untuk bandara hehehe, tapi ngga tau juga ya kalo bandara-bandara di daerah lain selain Jakarta, Bali dan Surabaya memang seperti itu.
Pas nunggu jemputan mobil bandara yang bakal membawa tamu ke pesawat, gue ngobrol sama satu keluarga bule asal Manhattan, New York. Bokapnya adalah seorang historian yang mempelajari relics dan budaya. Mereka berencana untuk menghabiskan beberapa hari di Banda Naira, bareng sama anak mereka yang masih berusia 10 tahun, namanya David. Waktu melihat pesawat perintis yang kita tumpangi, komentar David cuma, “it looks like a remote control plane, so small..” dan emang sih, pesawat perintis bukan tipe pesawat besar, penumpang yang bisa diangkut pun terbatas, mungkin hanya sekitar dua belas orang sekali jalan dengan kapasitas bagasi yang juga tidak bisa terlalu berat.
Pengalaman pertama naik pesawat perintis, deg-degan juga sih cuy! Kehembus angin dikit goyangnya aduhai, akhirnya daripada gue stress, gue memilih buat tidur aja deh (sekalian nebus waktu tidur gara-gara bangun pagi, hehehe).
Perjalanan dari Ambon ke Banda Naira memakan waktu sekitar 1 jam dan gue terbangun pas pesawat mau mendarat dan SERIUS ya itu waktu yang SALAH banget buat bangun...karena pas mau mendarat itu pesawat bermanuver canggih sampe ngepottttttt...bikin jantungan...asli ya dari setengah melek sampe ilang itu ngantuk.
Bersyukur banget deh gw pas pesawat mendarat dengan aman dan sejahtera...hampir cium tanah sih rasanya (okay, lebay kezia...lebay).
Kita mendarat di Pulau Banda Naira, yang merupakan pusat administratif pemerintahan di Kepulauan Banda dan satu-satunya tempat yang memiliki lapangan udara. Jadi gini...Kepulauan Banda terdiri dari Pulau Banda Naira, Banda Besar, Banda Api (terdapat gunung api aktif), Hatta, Pisang / Syahrir, Run dan Ai. Pulau-pulau ini merupakan pulau-pulau yang berpenduduk dan cukup besar, sementara itu masih ada beberapa pulau lain yang terletak di Kepulauan Banda seperti Pulau Manukang, Nailaka dan Karaka yang merupakan pulau kecil yang tidak berpenduduk. Dan umumnya, para penduduk menggunakan alat transportasi perahu untuk bepergian dari satu pulau ke pulau yang lainnya. Lucunya, setelah bertemu dengan beberapa orang asli Banda, mereka malah tidak berani snorkeling di sekitar perairan Banda, jangankan diving, snorkeling aja bikin grogi...katanya serem ngeliat air yang warnanya gelap...hahaha :)
Sama seperti bandara di pulau-pulau kecil lainnya, counter bagasinya cuma seadanya...hanya berbentuk loket sederhana dimana kemudian barang-barang akan dikumpulkan disana dan dikeluarkan satu persatu dari loket tersebut, bagi pemilik barang, silahkan mengambil barang miliknya masing-masing. Kalo masih ketuker juga sih...kelewatan namanya :D
Dari semua temen perjalanan kali ini, mungkin cuma gue yang travel light, alias cuma bawa backpack sama satu mesh bag kecil buat nyimpen fin, snorkel dan masker. Sementara yang lain rempong bawa gear lengkap dan bahkan temen gw dari Dive ID kudu bawa satu pelican hardcase buat nyimpen housing underwater plus tas kameranya belom lagi gear lainnya. Rempong dah pokoknya. Ya secara gw juga belom punya gear sendiri, karena emang diving juga ngga tiap bulan dan tiap minggu jadi masih bisa lah nyewa alat di Dive Center lokal (padahal sih emang ga mau susah aja guenya XD).
Kami dijemput oleh Mareike dan Abba, Mareike adalah Dive Guide dari Blue Motion, salah satu Dive Center lokal di Banda Naira dan Abba adalah pemilik guest house Mutiara tempat kami akan tinggal selama di Banda Naira. Perjalanan dari Bandara ke guest house kami cukup singkat, paling hanya memakan waktu sekitar 10 menit naik mobil. Tidak banyak mobil di Neira, karena sebagian besar penduduk berpergian dengan jalan kaki atau naik motor.
Kami tiba di Banda Naira sekitar pukul setengah 10 dan langsung dijamu dengan sarapan berupa pancake dengan taburan bubuk kayu manis dan selai pala ala Banda Naira. Rasanya ngga ada duanya pokoknya! Selai Pala adalah produk lokal Banda Naira, karena tentunya Kepulauan Banda terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di Indonesia sejak jaman dahulu dan konon, di daerah inilah Belanda pertama kali menjejakkan kaki di Indonesia. Rasa Selai Pala yang asam sedikit manis dan sepat merupakan kombinasi unik yang pas dimakan dengan pancake dengan taburan kayu manis, pancake yang disajikan juga cukup tebal sampai ngga ada satupun dari kami yang bisa menghabiskan pancake tersebut. Selesai makan pancake, kami disuguhi jus pisang dan pepaya yang dibuat langsung...hmmm, MANTAP! - sampai sekarang, gue masih kangen bener sama jus itu!
Kami janjian untuk check dive jam satu siang, sementara masih ada waktu, kami memutuskan untuk mengisi waktu luang dengan melakukan kegiatan masing-masing. Seorang teman memilih untuk beristirahat di kamar, seorang lagi memilih untuk muter-muter di daerah sekitar penginapan sementara gue dan dua teman lain memutuskan untuk menjelajah Fort Belgica, salah satu benteng peninggalan Belanda yang ada di Neira. Pada saat kami tiba disana, benteng tidak bisa dimasuki sampai ke dalamnya karena penjaga benteng sedang sholat. Karena itu akhirnya kami memutuskan untuk foto-foto di sekitar benteng sambil bernarsis-narsis ria, setelah puas, kami kembali lagi ke Mutiara untuk menunggu waktu check dive sambil beristirahat di kamar masing-masing, menyiapkan gear dan menyiapkan hati :D
Pengalaman apa aja yang kami dapatkan selama diving disana? Ikutin cerita selanjutnya di Perjalanan Ke Banda Naira di Timur Indonesia (Bag.3). Ihiiiy!
6 comments:
lanjutan yg bag 3 mana nih,, kebetulan akhir maret gw mau ke ambon sama bandanaira buat nyelem,.. hehe
lanjutan bag3 mana nihh,, kebetulan gw akhir bulan maret mau ke ambon sama ke banda buat nyelem, tapi ge sendirian doang, kalo utk pesen tiket pesawat dari ambon ke bandanya gmana yah,, tau ga gimana? thx
hey Agus :D
part 3-nya baru mau dipost malem ini nih...hihihi, ditunggu yaa...
wahh ke ambon nyelemnya ama siapa? btw klo nyelem ke Banda sebenernya season yg bagus itu september - oktober :)
kalo untuk pesen tiket dari ambon ke banda bisa coba cek di:
Nusantara Buana Airlines 021-8353783 / 021-8353787 (http://www.nba.co.id)
Semoga bisa membantuuu... :D
ke ambon sama bokap akhir bulan maret, dia disana mau ketemu temenya, jadi gw mau ngintilin dia disana terus nyelem sendiri haha, skalian mau ke banda, gw selama ini diving selalu sendiri, gw juga masih baru, baru ambil license desember 2012, gw ambil di bunaken sendirian, kmaren gw juga ke gili trawangan sama ke amed sama tulamben di bali, sendirian juga haha.. gw cuma sama dive guide n beberapa bule yg kebetulan ketemu disana, belom dapet temen indo buat diving, jadi gw slalu sndiri ( haha jadi curhat ), anyway thxx bgt buat info psawatnya, bulan april gw mau ke aceh sama org malaysia yg gw ketemu di gili kmaren, sama bulan may gw pengen ke wakatobi,, ikutt yuukk hehe.. bag 3 nya belom keliatan nih,, ditunggu yahh super thxx
ke ambon sama bokap akhir bulan maret, dia disana mau ketemu temenya, jadi gw mau ngintilin dia disana terus nyelem sendiri haha, skalian mau ke banda, gw selama ini diving selalu sendiri, gw juga masih baru, baru ambil license desember 2012, gw ambil di bunaken sendirian, kmaren gw juga ke gili trawangan sama ke amed sama tulamben di bali, sendirian juga haha.. gw cuma sama dive guide n beberapa bule yg kebetulan ketemu disana, belom dapet temen indo buat diving, jadi gw slalu sndiri ( haha jadi curhat ), anyway thxx bgt buat info psawatnya, bulan april gw mau ke aceh sama org malaysia yg gw ketemu di gili kmaren, sama bulan may gw pengen ke wakatobi,, ikutt yuukk hehe.. bag 3 nya belom keliatan nih,, ditunggu yahh super thxx
Hi Agus,
berhubung recently lagi agak sibuk, belom sempet malah upload part 3-nya..ihik!
btw, lo tinggal di manakah?? ada twitter atau facebook? mungkin kita bisa keep in touch, biar nambah buddy diving hehe jd ngga sendirian lagi :D
gw kebetulan mau ngetrip ke komodo september ini, LOB. mau ikutan ga? hihihi...kali ini banyak org indo-nya jd bisa nambah buddy diving :D
Post a Comment