Saturday, December 29, 2012

Such Guy..


“I love everything about her and I’m not a guy who says that lightly. I’m the guy who faked his love his entire life. I thought love was just something idiots felt.
But this woman has a hold on my heart that I could not break if I wanted to. And there have been times that I wanted to. It has been overwhelming and humbling and even painful, at times, but I could never stop loving her than I could stop breathing.
I am hopelessly, irretrievably in love with her. More than she knows.”
-Barney Stinson on Robin Scherbatsky (How I Met Your Mother)-
....is hard to get yet worth the wait

Success Is..


There are some things success is not. It's
NOT fame. It's NOT money or power. Success is waking up in the morning so EXCITED about what you have to do that you literally fly out the door. It's getting to work with PEOPLE YOU LOVE. Success is CONNECTING with the world and making people FEEL. It's finding a way to bind together people who have nothing in common but a DREAM. It's falling asleep at night knowing you DID THE BEST job you could. Success is JOY and FREEDOM and FRIENDSHIP. And success is LOVE. 

- FAME, the movie - 

Thursday, December 20, 2012

Perjalanan Ke Banda Naira di timur Indonesia (Bag. 2)


Setelah sekian lama tertunda marilah kita lanjutkan cerita perjalanan ke Banda Naira Bagian ke 2... :D

Selamat pagi dari Ambon!! Hari ini (Rabu, 24 Agustus 2012) kami akan menuju ke Banda Naira dengan menggunakan pesawat perintis CASA 212 dari Nusantara Buana Airlines (NBA).

Kami bangun jam 6 pagi waktu Ambon, karena flight dengan Nusantara Buana Airlines adalah pukul 8 pagi. Setelah mandi dan bersiap-siap kami menenteng semua barang bawaan dari hotel menuju bandara, berhubung jarak dari hotel transit yang kami tempati dengan bandara tidak begitu jauh, hanya sekitar 150 meter saja. 

Oia, untuk semalamnya hotel transit ini men-charge harga sebesar Rp 130.000,00. Kamar ada yang menggunakan AC ada yang tidak menggunakan AC, yang tidak menggunakan AC tentunya harganya lebih murah. Namun, jangan dibayangkan bahwa hotel transit ini seperti hotel berbintang ya, bentuknya lebih menyerupai rumah kos-kosan dengan kamar-kamar sederhana tapi juga dengan kamar mandi di dalam.

Kami tiba di bandara sekitar pukul 7 pagi, namun hingga pukul setengah 8, check-in counter NBA masih belum dibuka juga (yeah yeah, talking about Indonesian time *rolling eyes*). Begitu counter dibuka kami langsung check-in, drop bagasi dan langsung menuju ruang tunggu. Airport tax untuk Bandara Pattimura lebih murah dibandingkan Airport tax di Bandara Soetta, yaitu hanya Rp 30.000,00 per orang namun baru sekali ini gue menemukan ada bandara yang juga menagih uang retribusi untuk bandara, memang sih jumlahnya hanya sebesar Rp 3000,00 per orang tapi selama ini belum pernah gue dipungut biaya retribusi untuk bandara hehehe, tapi ngga tau juga ya kalo bandara-bandara di daerah lain selain Jakarta, Bali dan Surabaya memang seperti itu.

Pas nunggu jemputan mobil bandara yang bakal membawa tamu ke pesawat, gue ngobrol sama satu keluarga bule asal Manhattan, New York. Bokapnya adalah seorang historian yang mempelajari relics dan budaya. Mereka berencana untuk menghabiskan beberapa hari di Banda Naira, bareng sama anak mereka yang masih berusia 10 tahun, namanya David. Waktu melihat pesawat perintis yang kita tumpangi, komentar David cuma, “it looks like a remote control plane, so small..” dan emang sih, pesawat perintis bukan tipe pesawat besar, penumpang yang bisa diangkut pun terbatas, mungkin hanya sekitar dua belas orang sekali jalan dengan kapasitas bagasi yang juga tidak bisa terlalu berat.

Pengalaman pertama naik pesawat perintis, deg-degan juga sih cuy! Kehembus angin dikit goyangnya aduhai, akhirnya daripada gue stress, gue memilih buat tidur aja deh (sekalian nebus waktu tidur gara-gara bangun pagi, hehehe).

Perjalanan dari Ambon ke Banda Naira memakan waktu sekitar 1 jam dan gue terbangun pas pesawat mau mendarat dan SERIUS ya itu waktu yang SALAH banget buat bangun...karena pas mau mendarat itu pesawat bermanuver canggih sampe ngepottttttt...bikin jantungan...asli ya dari setengah melek sampe ilang itu ngantuk.

Bersyukur banget deh gw pas pesawat mendarat dengan aman dan sejahtera...hampir cium tanah sih rasanya (okay, lebay kezia...lebay).

Kita mendarat di Pulau Banda Naira, yang merupakan pusat administratif pemerintahan di Kepulauan Banda dan satu-satunya tempat yang memiliki lapangan udara. Jadi gini...Kepulauan Banda terdiri dari Pulau Banda Naira, Banda Besar, Banda Api (terdapat gunung api aktif), Hatta, Pisang / Syahrir, Run dan Ai. Pulau-pulau ini merupakan pulau-pulau yang berpenduduk dan cukup besar, sementara itu masih ada beberapa pulau lain yang terletak di Kepulauan Banda seperti Pulau Manukang, Nailaka dan Karaka yang merupakan pulau kecil yang tidak berpenduduk. Dan umumnya, para penduduk menggunakan alat transportasi perahu untuk bepergian dari satu pulau ke pulau yang lainnya. Lucunya, setelah bertemu dengan beberapa orang asli Banda, mereka malah tidak berani snorkeling di sekitar perairan Banda, jangankan diving, snorkeling aja bikin grogi...katanya serem ngeliat air yang warnanya gelap...hahaha :)

Sama seperti bandara di pulau-pulau kecil lainnya, counter bagasinya cuma seadanya...hanya berbentuk loket sederhana dimana kemudian barang-barang akan dikumpulkan disana dan dikeluarkan satu persatu dari loket tersebut, bagi pemilik barang, silahkan mengambil barang miliknya masing-masing. Kalo masih ketuker juga sih...kelewatan namanya :D

Dari semua temen perjalanan kali ini, mungkin cuma gue yang travel light, alias cuma bawa backpack sama satu mesh bag kecil buat nyimpen fin, snorkel dan masker. Sementara yang lain rempong bawa gear lengkap dan bahkan temen gw dari Dive ID kudu bawa satu pelican hardcase buat nyimpen housing underwater plus tas kameranya belom lagi gear lainnya. Rempong dah pokoknya. Ya secara gw juga belom punya gear sendiri, karena emang diving juga ngga tiap bulan dan tiap minggu jadi masih bisa lah nyewa alat di Dive Center lokal (padahal sih emang ga mau susah aja guenya XD).

Kami dijemput oleh Mareike dan Abba, Mareike adalah Dive Guide dari Blue Motion, salah satu Dive Center lokal di Banda Naira dan Abba adalah pemilik guest house Mutiara tempat kami akan tinggal selama di Banda Naira. Perjalanan dari Bandara ke guest house kami cukup singkat, paling hanya memakan waktu sekitar 10 menit naik mobil. Tidak banyak mobil di Neira, karena sebagian besar penduduk berpergian dengan jalan kaki atau naik motor.

Kami tiba di Banda Naira sekitar pukul setengah 10 dan langsung dijamu dengan sarapan berupa pancake dengan taburan bubuk kayu manis dan selai pala ala Banda Naira. Rasanya ngga ada duanya pokoknya! Selai Pala adalah produk lokal Banda Naira, karena tentunya Kepulauan Banda terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di Indonesia sejak jaman dahulu dan konon, di daerah inilah Belanda pertama kali menjejakkan kaki di Indonesia. Rasa Selai Pala yang asam sedikit manis dan sepat merupakan kombinasi unik yang pas dimakan dengan pancake dengan taburan kayu manis, pancake yang disajikan juga cukup tebal sampai ngga ada satupun dari kami yang bisa menghabiskan pancake tersebut. Selesai makan pancake, kami disuguhi jus pisang dan pepaya yang dibuat langsung...hmmm, MANTAP! - sampai sekarang, gue masih kangen bener sama jus itu!

Kami janjian untuk check dive jam satu siang, sementara masih ada waktu, kami memutuskan untuk mengisi waktu luang dengan melakukan kegiatan masing-masing. Seorang teman memilih untuk beristirahat di kamar, seorang lagi memilih untuk muter-muter di daerah sekitar penginapan sementara gue dan dua teman lain memutuskan untuk menjelajah Fort Belgica, salah satu benteng peninggalan Belanda yang ada di Neira. Pada saat kami tiba disana, benteng tidak bisa dimasuki sampai ke dalamnya karena penjaga benteng sedang sholat. Karena itu akhirnya kami memutuskan untuk foto-foto di sekitar benteng sambil bernarsis-narsis ria, setelah puas, kami kembali lagi ke Mutiara untuk menunggu waktu check dive sambil beristirahat di kamar masing-masing, menyiapkan gear dan menyiapkan hati :D

Pengalaman apa aja yang kami dapatkan selama diving disana? Ikutin cerita selanjutnya di Perjalanan Ke Banda Naira di Timur Indonesia (Bag.3). Ihiiiy!

Tuesday, December 11, 2012

when you are prepared, be brave!


“When you are prepared, don’t be afraid to fall. You might see things you never seen before.” 
Pascal Lasmana.

Kutipan tersebut gue temukan pada foto seorang diver yang menggambarkan saat dia melakukan back roll dari kapal untuk menyelam. Analogi yang bagus ditunjukkan oleh foto itu dan mendukung kutipan yang dia tulis.

Sebagai diver, ketika kita sudah mengenakan semua diving gear kita, maka kita akan siap untuk terjun ke dalam laut dan bertemu dengan semua keindahan di dalamnya, terkadang kita bahkan akan bertemu dengan hal-hal yang tak pernah kita duga sebelumnya. Hal ini sama seperti hidup, dalam hidup, ketika persiapan kita bertemu dengan kesempatan dan kita berani untuk mengambilnya, maka kita akan bertemu dengan banyak hal yang mungkin akan baru pertama kita temui atau alami.

Gue adalah tipe orang yang suka mencoba hal-hal baru dan bila gue merasa bosan gue akan mencari hal-hal menyenangkan untuk dilakukan daripada mati gaya :D – dan biasanya hal-hal yang gue lakukan cenderung spontan dan singkatnya, suka ngga pake dipikirin panjang-panjang soalnya kalo tipe pemikir kayak gue kalo dibiarin mikir kelamaan ujung-ujungnya malah ngga jadi :D

Seperti pada beberapa post sebelumnya, gue sedang cinta-cintanya sama dunia bawah air yang membawa gue sampai ke laut Banda untuk menyelam. Menyelam itu bikin ketagihan karena buat gue menyelam itu membawa kedamaian tersendiri, there’s a silent solitude underwater..you hear nothing but the sound of your own bubbles and your eyes are spoiled by the beauty of the underwater creatures and view.

Dua bulan setelah pulang dari Banda, rasanya mulai sakau diving, ngga puas cuma latihan di kolam renang senayan plus dikomporin sama temen kantor yang ternyata diver juga dan baru aja pulang dari Weh (sempet ngajakin juga sih doi tapi kebetulan pas ada deadline, jadi ngga bisa skip), gue udah mulai gatel-gatel dan mulai clingukan nyari kesempatan buat nyilem di laut mana lah...pokoknya yang penting nyilem.

Ibarat gayung bersambut, setelah ‘rewel’ di-twitter, seorang temen nge-whatsapp dan ngajakin nyilem bareng pas long weekend kemarin – jadi ceritanya temen gue diajakin sama temennya yang kerja di Pemrov DKI untuk nyilem di kawasan kep. Seribu dengan base di Pulau Pramuka dan cuma bayar 450 ribu udah plus makan, tempat tinggal, kapal, tangki dan dipinjemin gear pula. BAHAGYAAAAA kaaaaaan! :D

Setelah mengiyakan tawaran temen gue itu, gue sempet galau karena pas seminggu itu gue lagi ‘dapet’ dan hujan lagi heboh. Gue kepikiran ga asik banget kalo ternyata pas hari Jumat gue masih ‘dapet’ mah sama aja karena gue ngga mungkin juga nyilem dalam kondisi gitu, kedua, kalo hujan masih heboh, juga rada males nyilem ditengah guyuran ujan dan kondisi laut yang umumnya ngga cihuy kalo pas penghujan dan ketiga, ini pertama kalinya gue nyilem sama orang lain yang bener-bener baru gue kenal (selain temen gue yang ngajakin ya) sempet ragu banget awalnya. Maklum, di penyelaman awal, gue masih open water student yang pastinyaaa masih ‘disayang’ sama si koko instruktur, alias masih diurusin ini itunya, masih diawasin dan masih dikasih tau ini itunya. Di penyelaman kedua gue waktu di Banda juga, gue masih dijagain banget sama Dive Guide-nya begitu dia tau itu penyelaman kedua gue setelah ambil sertifikasi. Singkat kata, gue semacam diver yang selalu dimanjain sama semuanya...dan somehow, it scares the shit off me to face the real world alone...okay, yang barusan ini emang lebay. Akhirnya setelah berargumen dengan segala macam alasan yang gue buat sendiri, gw memutuskan untuk berangkat karena sakau diving sudah semakin akut dan Puji Tuhan, gw juga dah berenti 'dapet'

Di hari Jumat yang cerah itu tibalah gue di kawasan muara angke,  meskipun waktu janjian cukup agak ngaret dimana kita janjian jam 6 di pelabuhan kali adem, muara angke dan berakhir gue keliling-keliling seputaran Pluit buat nyari makan pagi karena temen gue dan rombongan lainnya baru nyampe sekitar setengah 8-an karena ternyata mereka masih nungguin anggota rombongan lain yang terlambat. Rencana awal kita mau naik kapal cepat Lumba-Lumba tapi karena kesiangan akhirnya kita kudu naik kapal kayu dan berkenalan lah gue dengan orang-orang yang akan menyelam bersama gue untuk dua hari ke depan. Temen-temen dari Pemrov DKI ini adalah rekan-rekan dari Satpol PP dari berbagai bagian, mereka ada 6 orang, ditambah gue dan temen gue jadi total kita adalah 8 orang. Temen-temen dari Pemrov DKI ini punya komunitas namanya Jakarta Diving Club atau JDC dan mereka dibentuk sebagai bagian dari pasukan rescue. Dan setelah menghabiskan waktu selama 3 hari 2 malam bareng mereka, sumpahh yaaa ternyata mereka rusuh dan seru banget..rasanya mulut sampe kaku gara-gara ngakak mulu.

Kita sampe di Pulau Pramuka sekitar jam 11 siang, begitu sampai kita langsung makan siang dan ngambil weight belt plus tangki di Pulau Karya base-nya Satpol PP di kawasan Kep. Seribu sementara BCD dan Regulator udah dapet pinjeman dari temen-temen Satpol PP Jakarta. Ihiiiy!

Sekitar jam 3 sore, kita nyemplung deh, lokasi awalnya di pantai timur Pulau Pramuka jadi kita mulai dengan beach entry *nyengir* lantas nyilem sampai kedalaman 25m selama sekitar 30 menitan. Pas nyemplung rasanyaaaaa “MAK NYESSSS” bangetttt meskipun visibility agak kurang menggairahkan karena kebetulan udah lumayan sore dan matahari pun lagi malu-malu keluarnya sedikit menyesal bahwa gue tidak bawa senter, hiks! – penyelaman kedua dan ketiga dilakukan esok harinya dengan tambahan personil lagi, pokoknya rusuh berat semuanya...gokil-gokil parahhh dan narsis semua, korbannya adalah temen gue yang ngajakin gue, karena doi bawa kamera alhasil semua narsis minta difoto sementara dia...ngga ada fotonya *pukpuk*

Penyelaman kali ini bener-bener membuat gue banyak belajar, pastinya gue berencana buat beli dive comp karena jujur selama diving kemaren ngga ada satupun yang pake dive comp dan semuanya pake kira-kira manual. JENG! JENG! ~ untung masih inget RDP tabel sama modal jam tangan waterproof untuk measure waktu dan kedalaman. Thank God, buddy gue sekaligus temen yang ngajakin gue adalah orang yang punya standard yang sama, jadi kita saling kerjasama buat ngingetin satu sama lain, kapan harus safety stop dan berapa lama. Mungkin selama penyelaman gue bisa rely sama temen-temen yang lain karena mereka udah terbiasa, so they might know better, tapi kalo di lain waktu, rasanya memang dive comp itu sangat PENTING.
Kedua, gue pastinya butuh wetsuit full body, karena selama ini setelah gue nyilem pasti ada aja luka-luka dadakan karena kena hydra, disenget ubur-ubur dan lainnya dan paling parah adalah di diver terakhir baju renang gue robek cadas di bagian sampingnya, gue bahkan ga tau kenapa *tepok jidat* - untung gue biasanya pake skin suit lagi kalo ngga...ikan duyung juga kalah seksi sama gue *nyengir*

Dan selama disana, apa yang tadinya bikin gue sempet ragu sama sekali ngga terbukti. Temen-temen baru yang gue temui selama 3 hari 2 malam bener-bener ngejagain gue, baik di darat maupun di laut. Gue merasa diberkati banget dengan adanya mereka dan pastinya sekali lagi, gue merasa dimanjain sama mereka, memang gue ini diver mandjaaaa... :’) *dikeplak fin berjamaah* -- intinya, i’m so thankful that God always put good people around me to take care of me and that my doubts are sometimes just an illusion.

Seandainya aja, gue memutuskan untuk ngga pergi, maka gue akan kehilangan kesempatan buat bertemu dan berkenalan dengan teman-teman yang baru, gue akan kehilangan kesempatan buat berpetualang naik kapal kayu dan naik mobil satpol pp (berasa kayak abis kena razia dan diliatin sama semua orang) dan tentunya kehilangan satu kesempatan buat nyilem.

LIFE is pretty much the same, our choice will affect the course of our lives and sometimes, when we know that we’re ready all we need to do is BRAVELY take the chance and opportunity that come to pass, because sometimes, it doesn’t come back twice. No one knows the future but sometimes you need to let yourself fall into something before you will then know if that something is for you or not. Sometimes it will feel scary but if you believe in yourself and have faith in you, you will find beautiful things come along your way :)